judul:
WAJAH KOPERASI TANI DAN NELAYAN DI INDONESIA: SEBUAH
TINJAUAN KRITIS
·
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Meskipun
koperasi pertanian pernah menjadi model pengembangan pada tahun 1960an hingga
awal tujuh puluhan, namun pada dasarnya koperasi pertanian di Indonesia
diperkenalkan sebagai bagian dari dukungan terhadap sektor pertanian. Sejak
dahulu sektor pertanian di Indonesia selalu didekati dengan pembagian atas
dasar sub-sektor seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan
perikanan. Cara pengenalan dan penggerakan koperasi pada saat itu mengikuti
program pengembangan komoditas oleh pemerintah. Sehingga terlahir koperasi
pertanian, koperasi kopra, koperasi karet, koperasi nelayan dan lain-lain.
KUD
sebagai koperasi berbasis wilayah jumlahnya hanya 8620 unit dan pendiriannya
memang tidak terlalu luas. Hingga menjelang dicabutnya Inpres 4/1984 KUD hanya
mewakili 25% dari jumlah koperasi yang ada ketika itu, namun dalam hal bisnis
mereka mewakili sekitar 43% dari seluruh volume bisnis koperasi di Indonesia.
KUD meskipun bukan koperasi pertanian namun secara keseluruhan dibandingkan
koperasi lainnya tetap lebih mendekati koperasi pertanian dan karakternya
sebagai koperasi berbasis pertanian juga sangat menonjol.
Koperasi
pertanian yang digerakan melalui pengembangan kelompok tani setelah keluarnya
Inpres 18/1998 mempunyai jumlah yang besar, namun praktis belum memiliki basis
bisnis yang kuat dan mungkin sebagian sudah mulai tidak aktif lagi. Usaha
mengembangkan koperasi baru di kalangan tani dan nelayan selalu berakhir kurang
menggembirakan. Mereka yang berhasil jumlah terbatas dan belum dapat
dikategorikan sebagai koperasi pertanian sebagai mana lazimnya koperasi
pertanian di dunia atau bahkan oleh KUD-khusus pertanian yang ada.
2. PERUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui perkembangan Koperasi
Tani dan Nelayan
2. Mengetahui sejauh mana peran
pertanian di Indonesia .
3. Alternative penngembangan
koperasi pertanian di masa depan.
4. Permasalahan nelayan.
3. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan Koperasi
Tani dan Nelayan.
2. Mengetahui sejauh mana peran
pertanian di Indonesia.
3. Alternative pengembangan
koperasi pertanian di masa depan.
4. Permasalahan nelayan.
·
PEMBAHASAN
1. Posisi
Pertanian : Kini dan Ke Depan
Sektor pertanian sampai saat ini
tetap merupakan penyedia lapangan kerja terbesar dengan sumbangan terhadap
pembentukan produksi nasional yang kurang dari 19%. Jika dimasukkan keseluruhan
kegiatan off form yang terkait dan sering dinyatakan sebagai sektor agribisnis
juga hanya mencakup 47%, sehingga dominasi pembentukan nilai tambah juga sudah
berkurang dibandingkan dengan sektor-sektor di luar pertanian. Isue peran
pertanian sebagai penyedia pangan, bentuk ketahanan pangan juga menurun derajat
kepentingan nya. Ditinjau dari unit pertanan terdapat 23,76 juta unit atau 59%
dari keseluruhan unit usaha yang ada. dengan omset dibawah 1 miliar/tahun
dimana sebagian terbesar dari usaha tersebut adalah usaha mikro dengan omset
dibawah Rp. 50 juta/thn. Secara kasar dapat diperhitungkan bahwa hanya sekitar
670 ribu unit usaha kecil di sektor pertanian yang bukan usaha mikro, oleh
karena itu daya dukungnya sangat lemah dalam memberikan kesejahteraan bagi para
pekerja. Problematika sektor pertanian di Indonesia yang akan mempengaruhi
corak pengembangan koperasi pertanian dimasa depan adalah issue kesejahteraan
petani, peningkatan produksi dalam suasana desentralisasi dan perdagangan
bebas. Bukti empiris di dunia Mengungkapkan bahwa pertanian keluarga tidak
mampu menopang kesejahteraan yang layak setara dengan sektor lainnya dalam
suasana perdagangan bebas. Thema ini menjadi penting untuk melihat arah
kebijakan pertanian dalam jangka menengah dan panjang. Melalui pandangan kritis mengenai koperasi
dapat didasarkan pada posisi sektor pertanian yang semakin terbuka dan bebas.
Dengan dasar bahwa proses liberalisasi perdagangan yang berdampak pada sektor
pertanian dalam bentuk dihapuskan kebijakan perencanaan pertanian yang kaku dan
terfokus. Sehingga pengekangan program pembangunan pertanian tidak mungkin lagi
dijalankan secara bebas, tetapi hanya dapat dilakukan secara lokal dan harus
sesuai dengan potensi lokal. Olah karena itu prinsip pengembangan pertanian
akan lebih bersifat insentif.
2. Sketsa Koperasi Pertanian di Masa Depan “Restrukturisasi” merupakan
pandangan masa depan mangenai perkembagan koperasi dengan fokus pada basis penguatan ekonomi untuk mendukung pelayanan pertanian skala kecil. Oleh karena itu konsentrasi ciri umum koperasi pertanian di masa depan adalah koperasi kredit pedesaan, yang menekankan pada kegiatan jasa keuangan dan simpan pinjam sebagai ciri umum. Pada saat ini saja hampir di semua KUD, unit simpan pinjam telah menjadi motor untuk menjaga kelangsungan hidup Koperasi. Hal ini terkait dengan struktur pertanian dan pasar produk pertanian yang semakin kompetitif, termasuk jasa pendukung pertanian (jasa penggilingan dan pelayanan lainnya) yang membatasi insentif berkoperasi. Kekuatan utama koperasi nelayan terletak pada kekuatan monopoli penguasaan pendaratan dan lelang oleh pemerintah, akan sangat di tentukan oleh polisi daerah hak itu akan diberikan kepada siapa ? Pemerintah daerah juga potensial untuk melahirkan pesaing baru dengan membangun pendaratan baru, sebab pengorganisasian pendaratan pada dasarnya kekuatannya terletak pada daya tarik tempat pendaratan. Persoalan yang dihadapi koperasi nelayan ke depan adalah alih fungsi dari “nelayan tangkap” menjadi “nelayan budidaya”, karena hampir sebagian terbesar perairan perikanan pantai sudah di kategorikan overfishing. Fenomena ini juga terjadi di negara seperti Canada, Korea Selatan dan Eropa dimana koperasi nelayan sedang menghadapi situasi surut.·
KESIMPULAN
Dengan demikian pertanian di Indonesia
masih menjadi lapangan pekeerjaan terbesar di Indonesia, walaupun begitu banyak
sekali problematika yang terjadi hingga mempengaruhi corak koperasi pertanian
di Indonesia hingga menghambat
perkembangannya. Untuk itu “Restrukturisasi” merupakan pandangan masa
depan mangenai perkembagan koperasi dengan fokus pada basis penguatan ekonomi
untuk mendukung pelayanan pertanian skala kecil. Sedangkan kekuatan utama
koperasi nelayan terletak pada kekuatan monopoli penguasaan pendaratan dan
lelang oleh pemerintah,dengan persoalan yang dihadapi koperasi nelayan ke depan
adalah alih fungsi dari “nelayan tangkap” menjadi “nelayan budidaya”, seperti
yang Negara-negara di Eropa dan sebagian Asia yang telah melakukannya terlebih
dahulu.
REVIEW
Sektor pertanian sampai saat ini tetap merupakan
penyedia lapangan kerja terbesar dengan sumbangan terhadap pembentukan produksi
nasional yang kurang dari 19%. Dengan unit pertanan terdapat 23,76 juta unit
atau 59% dari keseluruhan unit usaha yang ada. dengan omset dibawah 1
miliar/tahun.
Problematika sektor pertanian di Indonesia yang akan
mempengaruhi corak pengembangan koperasi pertanian dimasa depan adalah issue
kesejahteraan petani, peningkatan produksi dalam suasana desentralisasi dan
perdagangan bebas. Bukti empiris di dunia Mengungkapkan bahwa pertanian
keluarga tidak mampu menopang kesejahteraan yang layak setara dengan sektor
lainnya dalam suasana
perdagangan bebas.
“Restrukturisasi” merupakan pandangan masa depan
mangenai perkembagan koperasi dengan fokus pada basis penguatan ekonomi untuk
mendukung pelayanan pertanian skala kecil. Oleh karena itu konsentrasi ciri
umum koperasi pertanian di masa depan adalah koperasi kredit pedesaan.
Sementara itu, kekuatan utama koperasi nelayan terletak pada kekuatan monopoli penguasaan pendaratan dan lelang oleh pemerintah, Pemerintah daerah juga potensial untuk melahirkan pesaing baru dengan membangun pendaratan baru, sebab pengorganisasian pendaratan pada dasarnya kekuatannya terletak pada daya tarik tempat pendaratan. Persoalan yang dihadapi koperasi nelayan ke depan adalah alih fungsi dari “nelayan tangkap” menjadi “nelayan budidaya”,